Biasanya, batuk diasosiasikan dengan adanya
gejala gangguan pada saluran pernapasan. Namun, pada bayi dan balita seringkali
batuk hanyalah suatu bentuk refleks yang dilakukan tubuhnya untuk
menjaga kesehatan dan fungsi kerja organ. Batuk membantu membersihkan
jalan atau saluran udara di tenggorokan dan dadanya.
Orang tua sebaiknya tetap waspada terhadap batuk balita. Sebab, bayi dan balita biasanya peka terhadap pengaruh lingkungan, misalnya zat-zat atau bahan kimia, serta berbagai jenis kuman. Kalau tubuhnya sangat peka atau hipersensitif, zat atau bahan kimia dapat bersifat alergen, yakni merangsang timbulnya alergi.”
Orang tua sebaiknya tetap waspada terhadap batuk balita. Sebab, bayi dan balita biasanya peka terhadap pengaruh lingkungan, misalnya zat-zat atau bahan kimia, serta berbagai jenis kuman. Kalau tubuhnya sangat peka atau hipersensitif, zat atau bahan kimia dapat bersifat alergen, yakni merangsang timbulnya alergi.”
Berdasarkan penyebabnya batuk dibedakan menjadi 2 kelompok, yakni:
- Batuk alergi.
Mungkin saja batuk karena alergi debu rumah, asap rokok, serpihan kulit
atau bulu binatang, serbuk sari tumbuhan, makanan, zat-zat kimia yang
disemprotkan, dan sebagainya. Batuk alergi ini dapat hilang secara
spontan, asal alergen penyebabnya tidak ada atau dihilangkan.
Selama batuk alergi yang diderita tidak mengganggu aktivitasnya, sebenarnya anak tidak perlu minum obat. Kalau batuknya sudah sangat mengganggu, misalnya menyebabkan sesak napas, barulah ia perlu diberi obat. Konsultasi dengan dokter adalah jalan terbaik. - Batuk non-alergi.
Batuk jenis ini disebabkan infeksi kuman, terutama jenis virus dan
bakteri. Batuk non-alergi biasanya disertai demam dan gejala lainnya.
Pengobatan harus sesuai penyebabnya. Jika batuknya karena bakteri, obat yang diberikan biasanya antibiotika. Namun jika penyebabnya adalah virus, hingga kini masih belum ada pengobatan yang benar-benar mempan. Untungnya, jenis-jenis virus yang sering menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan atas, kebanyakan bukan dari jenis yang bersifat ganas. Anak dapat sembuh dengan sendirinya.
Demam atau panas yang biasa menyertai batuk non-alergi juga biasanya akan turun setelah 2-3 hari. Begitu pula batuk dan pileknya. Namun, jika kondisinya tidak juga membaik setelah 2-3 hari atau malah makin parah, segera bawa balita ke dokter.
Sebenarnya, pencegahan batuk alergi mudah saja. Caranya? Kenali dulu
jenis alergennya. Lalu, hindarkan balita terpapar atau melakukan kontak
dengan alergen tersebut.
Salah satu jenis alergen yang paling sering menjadi “biang keladi” batuk jenis ini adalah debu rumah. Itu sebabnya, jagalah kebersihan, baik kebersihan tubuh maupun lingkungan. Selain kebersihan rumah tetap terjaga, hipersensitivitas kecil dapat berkurang secara bertahap, atau bahkan hilang sama sekali sejalan dengan bertambahnya usia balita.
Selain itu kebiasaan berpola hidup bersih dan sehat dalam keluarga secara otomatis akan memperkecil serangan kuman penyakit penyebab batuk non-alergi, dan juga kuman-kuman penyakit lainnya.
Salah satu jenis alergen yang paling sering menjadi “biang keladi” batuk jenis ini adalah debu rumah. Itu sebabnya, jagalah kebersihan, baik kebersihan tubuh maupun lingkungan. Selain kebersihan rumah tetap terjaga, hipersensitivitas kecil dapat berkurang secara bertahap, atau bahkan hilang sama sekali sejalan dengan bertambahnya usia balita.
Selain itu kebiasaan berpola hidup bersih dan sehat dalam keluarga secara otomatis akan memperkecil serangan kuman penyakit penyebab batuk non-alergi, dan juga kuman-kuman penyakit lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar