Media memiliki peran penting dalam mempengaruhi masyarakat. Salah satu
contohnya adalah iklan. Iklan jelas-jelas mempengaruhi perilaku dan gaya
hidup masyarakat, termasuk perilaku meminum obat.
Salah satu
gaya hidup dan perilaku yang paling mencolok adalah kebiasaan meminum
suplemen multivitamin. Multivitamin banyak digembar-gemborkan manfaatnya
namun khasiatnya sebenarnya masih belum jelas diketahui.
"Mengkonsumsi
vitamin saat ini lebih kepada gaya hidup. Hingga saat ini, belum ada
penelitian yang menunjukkan manfaat nyata vitamin untuk kesehatan. Tapi
sah-saja bagi mereka yang ingin mengkonsumsinya sebab tidak berbahaya
bagi kesehatan," kata Prof DR dr Rianto Setiabudy, guru besar
farmakologi Fakultas Kedoktetan UI dalam acara forum.diskusi yang
diadakan GlaxoSmithKline Circle of Friend di Blooming Restaurant, FX
Senayan, Jakarta (29/3/2012).
Dr Rianto menjelaskan, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pengguna vitamin tidak lebih sehat
dibandingkan yang tidak memakan vitamin. Bahkan, ada sebuah penelitian
yang menemukan bahwa pasien yang meminum vitamin lebih berisiko
terserang penyakit kronis dibandingkan yang tidak minum vitamin.
"Salah
satu contohnya adalah konsumsi vitamin C. Tubuh hanya membutuhkan 75-90
mg vitamin C setiap hari. Namun ada produk yang mengandung vitamin C
hingga 1000 mg. Jumlah ini jauh lebih besar dari yang dibutuhkan tubuh,"
kata dr Rianto.
Anggapan bahwa vitamin C dapat mencegah dan
mengobati pilek juga sampai saat ini tidak memiliki dasar ilmiah atau
klinis yang kuat.
Lebih lanjut lagi, dr Rianto menyarankan untuk
mendapat asupan vitamn dari makanan sehari-hari. Selain lebih aman dan
tanpa proses kimia buatan, asupan vitamin dan nutrisi dari makanan sudah
cukup memenuhi kebutuhan tubuh.
"Kecuali jika ada kondisi
tertentu yang membutuhkan tambahan dari luar, misalnya ketika hamil atau
setelah menjalani operasi bedah," kata dr Rianto.
Diperoleh dari Detikhealth
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar