Ada beberapa bentuk
muntah pada bayi yang harus diwaspadai para ibu, yakni:
* Muntah
sehabis diberi makan atau disusui bila muntahnya berwarna hijau tua.
Hal ini
menunjukkan ada kelainan pada saluran pencernaan si bayi, yakni ada sumbatan di
bawah usus halus. Warna hijau tua pada muntah merupakan cairan dari empedu yang
keluar. Kadang kalau ada sumbatan, meskipun si bayi tidak makan, ia bisa muntah
karena cairan empedu keluar dan enzim-enzim lain tak bisa lewat.
Ada dua macam sumbatan,
yang penuh dan parsial (sebagian). Sumbatannya bisa di mana
saja. Bisa di antara oserfagus dan lambung atau antara lambung dan usus. Karena
ada sumbatan yang parsial, kadang kelainan ini tak bisa diketahui secara pasti
penyebabnya sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Misalnya dengan rontgen
atau USG dicari penyebabnya lalu dihilangkan. Bila perlu dilakukan operasi jika
sumbatannya akibat tumor atau kelainan bawaan. Tapi kasus seperti ini jarang
terjadi.
* Bentuk muntahannya menyemprot seperti air mancur.
Makan atau tidak makan, si bayi mengelurkan muntah yang
menyemprot seperti air mancur. Ini harus segera diperiksakan ke dokter. Karena
muntah yang demikian menunjukkan ada kelainan pada susunan saraf pusat di otak
si bayi. Biasanya terjadi jika si bayi habis terjatuh.
* Muntah karena keracunan.
Anda mungkin
bingung. Bayi, kok, bisa keracunan makanan? "Memang seharusnya tidak boleh
terjadi keracunan makanan pada bayi mengingat bayi hanya makan makanan rumah.
Tapi hal tersebut bisa saja terjadi, Misalnya, pengasuh
tak mencuci tangannya dengan bersih sebelum membuatkan makanan bayi. Atau botol
susunya tidak disterilkan. Hal ini selain menyebabkan keracunan, juga bisa
membuat infeksi pada saluran pencernaan.
Gejala awal
keracunan adalah muntah-muntah yang lalu diikuti diare. Tapi
kalau infeksi pada saluran pencernaan, diare lebih dulu yang terjadi. Baru
setelah itu ada gangguan keseimbangan elektrolit yang menyebabkan muntah. Bentuk
muntahnya sama, berupa cairan.
Bayi harus diberi banyak cairan setiap kali
habis muntah dan diare. Cairan apa saja. Entah itu air tajin, larutan gula
garam, teh manis pakai gula, maupun jus buah (asal jangan yang asam).
Dibanding
diare, muntah lebih berbahaya. Karena muntah berarti tak ada
cairan yang masuk, yang bisa menyebabkan kekurangan cairan atau dehidrasi. Tapi
kalau diare dan si bayi masih mau minum, tak masalah sebetulnya, selama yang
diminum dan dikeluarkan proporsinya sama.
Bayi yang
mengalami dehidrasi dapat dilihat dari mulutnya yang mengering, mata cekung,
hampir tak ada air mata, bila ditekan kulitnya tak kembali ke bentuk semula
(tidak elastis sebagaimana kulit normal). "Mungkin kalau bayi lebih
gampang terlihat dari berat badannya. Kalau turun berarti ada tanda-tanda
dehidrasi." Jika berat badan si bayi turun lebih besar atau
sama dengan 5-10 persen dari berat badannya, maka si bayi harus diinfus.
* Muntah
darah.
Ada kemungkinan bayi
muntah disertai darah. Jika hanya berupa bercak, berarti ada streching
(luka di tenggorokan) akibat muntah. Jika muntahnya berwarna merah dan byor-byoran,
bisa dicurigai ada pembuluh darah yang pecah. Jika darahnya berwarna hitam,
berarti ada darah di lambung. "Kadang si bayi mimisan dan darahnya
tertelan sampai ke lambung. Hal ini menimbulkan rasa tak enak, sehingga si bayi
refleks untuk muntah.
Pemeriksaan
ke dokter dilakukan tergantung pada jenis dan banyaknya darah. Pendarahan yang
banyak sangat berbahaya karena menurunkan kadar hemoglobin sehingga bayi
kekurangan cairan dalam pembuluh darah.
Diperoleh dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar