Epilepsi,
menurut dr.H. Rachmat Sentika, Sp.A., MARS, dari RS Internasional
Bintaro, adalah bangkitan berulang secara periodik, berupa gangguan kesadaran,
gangguan motorik, sensorik, otonom, fungsi luhur, dan gangguan tingkah laku.
Tanda-tandanya bisa berupa kehilangan kesadaran untuk waktu tertentu,
kejang-kejang, lidah menjulur, keluar air liur, gemetar, tiba-tiba black out.
Bisa
juga muncul dalam bentuk gangguan tingkah laku, gangguan halusinasi,
berkeringat, panas tinggi, mata kucing pada mata melebar, atau seolah-olah
tertidur. Atau bisa juga muncul hanya dengan mata berkedip-kedip.
ANEKA
JENIS
Jenis-jenis
epilepsi dapat terlihat dari tanda-tanda saat serangan terjadi. Serangan grand
mal (tonik klonik) merupakan jenis epilepsi yang paling sering dijumpai.
Tanda-tandanya, kesadaran penderita secara mendadak hilang, disertai kejang
tonik (badan dan anggota gerak menjadi kaku), dan kemudian diikuti kejang
klonik (badan dan anggota gerak berkejut-kejut, kelojotan).
Saat
serangan dimulai, penderita akan jatuh kaku seperti benda mati. Kadang-kadang
muncul suara menyerupai jeritan (epileptic cry). "Ini terjadi karena
saat dilanda kejang tonik, udara dikeluarkan dengan kuat dari paru-paru melalui
pita suara sehingga mengeluarkan bunyi".
Saat
kejang tonik berlangsung, penderita akan menjadi biru karena pernafasan
terhenti dan pembuluh darah balik terbendung. Fase tonik umumnya berlangsung
tidak lebih dari 60 detik, kemudian dilanjutkan dengan kejang klonik pada semua
anggota gerak tubuh. Napas menjadi tidak teratur, tersendat-sendat, dan dari
mulut keluar busa. Fase klonik ini umumnya terjadi kira-kira satu menit. Usai
itu, penderita biasanya akan tertidur selama kurang lebih 3 jam.
Berbeda
dengan grand mal, pada serangan petit mal kesadaran menghilang
mendadak dan singkat. Ia bisa berhenti mendadak dari kegiatan yang sedang
dilakukannya (misalnya makan, minum, membaca) lalu terlihat bengong dengan
pandangan kosong untuk beberapa saat. Tapi kemudian ia kembali pada kegiatan
semula dan melanjutkan kembali kegiatan yang terhenti tadi. Biasanya penderita
tidak akan menyadari serangan epilepsi yang terjadi padanya.
FAKTOR
KETURUNAN
Sebagian
besar penderita epilepsi terjadi karena faktor keturunan. Anak yang lahir dari
keluarga penderita epilepsi, cenderung menderita epilepsi juga. Jadi, tak heran
kalau ada ibu atau ayah, bahkan paman yang menurunkan epilepsi pada generasi
berikutnya.
Kecuali
itu, serangan epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit yang
mengganggu fungsi otak. Misalnya, radang otak, penyakit pembuluh darah di otak,
cedera otak, tumor di otak, kelainan yang dibawa sejak lahir (kongenital),
gangguan metabolisma, gangguan elektrolit, penyakit-penyakit degeneratif, dan
sebagainya. Pada beberapa kasus, serangan epilepsi tak diketahui penyebabnya
(idiopatik).
PENCETUS
Pada
umumnya serangan epilepsi timbul secara spontan. "Kadang bisa dicetuskan
oleh keadaan tertentu, semisal gangguan emosional. Ini dapat memperbanyak atau
meningkatkan jumlah serangan epilepsi, seperti frustrasi, tegang, cemas, takut,
atau eksitasi yang hebat".
Tak
jarang pula serangan muncul tatkala penderita epilepsi dalam keadaan tidur.
Justru banyak yang hanya muncul saat tidur, tetapi tidak pernah terjadi saat si
penderita terjaga. Pada penderita yang serangannya dicetuskan oleh tidur, lebih
sering terjadi sewaktu ia baru tertidur dan sewaktu ia akan terbangun.
Pengaruh
demam pada penderita epilepsi berbeda-beda. Ada yang justru meningkat sewaktu
demam dan sebaliknya. Di sisi lain, ada pula serangan yang tidak dipengaruhi
keadaan demam.
"Yang
mungkin belum banyak diketahui, cahaya yang berkedip-kedip bisa mencetuskan
serangan epilepsi pada penderita tertentu." Pada kasus
semacam ini, televisi menjadi benda yang harus dijauhi karena menimbulkan
cahaya yang berkedip. Jika terpaksa harus menonton, ruangan hendaknya cukup
terang agar kontras cahaya tidak terlalu kuat dan dengan jarak cukup jauh.
PEMERIKSAAN
EEG
Jika
semua gejala yang timbul dicurigai sebagai serangan epilepsi, dokter umumnya
akan menganjurkan pemeriksaan EEG (Elektroensefalografi). Alat EEG mampu
merekam aktivitas listrik sel-sel syaraf di otak. Caranya dengan memasang
beberapa kabel di kepala dan pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit.
Gangguan
fungsi sel-sel organ dapat tercermin pada perubahan-perubahan aktivitas listriknya.
Biasanya rekaman EEG seorang penderita epilepsi menunjukkan gelombang yang
abnormal, yaitu gelombang paku, gelombang paku ombak, atau gelombang tajam.
Jenis-jenis epilepsi mempunyai gelombang serta lokasi gelombang abnormal yang berbeda.
Yang jelas, hasil pemeriksaan EEG ini akan sangat membantu dokter menentukan diagnosis yang tepat, "Sehingga penderita bisa diberi obat yang tepat pula."
Yang
penting diketahui orang tua, epilepsi tidak selalu mengakibatkan kemunduran
kecerdasan pada penderita. "Tepatnya, bukan merupakan hubungan sebab
akibat."
Epilepsi jenis spasmus infantil bisa dikaitkan dengan kemunduran kecerdasan karena umumnya diakibatkan cedera otak yang luas. "Cedera otak bisa mengakibatnya keterbelakangan mental, bukan karena epilepsinya."
diperoleh dari berbagai sumber
Epilepsi jenis spasmus infantil bisa dikaitkan dengan kemunduran kecerdasan karena umumnya diakibatkan cedera otak yang luas. "Cedera otak bisa mengakibatnya keterbelakangan mental, bukan karena epilepsinya."
diperoleh dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar