Senin, 26 Desember 2011

EPILEPSI


Epilepsi, menurut dr.H. Rachmat Sentika, Sp.A., MARS, dari RS Internasional Bintaro, adalah bangkitan berulang secara periodik, berupa gangguan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, otonom, fungsi luhur, dan gangguan tingkah laku. Tanda-tandanya bisa berupa kehilangan kesadaran untuk waktu tertentu, kejang-kejang, lidah menjulur, keluar air liur, gemetar, tiba-tiba black out. 

Bisa juga muncul dalam bentuk gangguan tingkah laku, gangguan halusinasi, berkeringat, panas tinggi, mata kucing pada mata melebar, atau seolah-olah tertidur. Atau bisa juga muncul hanya dengan mata berkedip-kedip. 


ANEKA JENIS

Jenis-jenis epilepsi dapat terlihat dari tanda-tanda saat serangan terjadi. Serangan grand mal (tonik klonik) merupakan jenis epilepsi yang paling sering dijumpai. Tanda-tandanya, kesadaran penderita secara mendadak hilang, disertai kejang tonik (badan dan anggota gerak menjadi kaku), dan kemudian diikuti kejang klonik (badan dan anggota gerak berkejut-kejut, kelojotan). 

Saat serangan dimulai, penderita akan jatuh kaku seperti benda mati. Kadang-kadang muncul suara menyerupai jeritan (epileptic cry). "Ini terjadi karena saat dilanda kejang tonik, udara dikeluarkan dengan kuat dari paru-paru melalui pita suara sehingga mengeluarkan bunyi".

Saat kejang tonik berlangsung, penderita akan menjadi biru karena pernafasan terhenti dan pembuluh darah balik terbendung. Fase tonik umumnya berlangsung tidak lebih dari 60 detik, kemudian dilanjutkan dengan kejang klonik pada semua anggota gerak tubuh. Napas menjadi tidak teratur, tersendat-sendat, dan dari mulut keluar busa. Fase klonik ini umumnya terjadi kira-kira satu menit. Usai itu, penderita biasanya akan tertidur selama kurang lebih 3 jam. 

Berbeda dengan grand mal, pada serangan petit mal kesadaran menghilang mendadak dan singkat. Ia bisa berhenti mendadak dari kegiatan yang sedang dilakukannya (misalnya makan, minum, membaca) lalu terlihat bengong dengan pandangan kosong untuk beberapa saat. Tapi kemudian ia kembali pada kegiatan semula dan melanjutkan kembali kegiatan yang terhenti tadi. Biasanya penderita tidak akan menyadari serangan epilepsi yang terjadi padanya. 


FAKTOR KETURUNAN

Sebagian besar penderita epilepsi terjadi karena faktor keturunan. Anak yang lahir dari keluarga penderita epilepsi, cenderung menderita epilepsi juga. Jadi, tak heran kalau ada ibu atau ayah, bahkan paman yang menurunkan epilepsi pada generasi berikutnya. 
Kecuali itu, serangan epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit yang mengganggu fungsi otak. Misalnya, radang otak, penyakit pembuluh darah di otak, cedera otak, tumor di otak, kelainan yang dibawa sejak lahir (kongenital), gangguan metabolisma, gangguan elektrolit, penyakit-penyakit degeneratif, dan sebagainya. Pada beberapa kasus, serangan epilepsi tak diketahui penyebabnya (idiopatik)

PENCETUS

Pada umumnya serangan epilepsi timbul secara spontan. "Kadang bisa dicetuskan oleh keadaan tertentu, semisal gangguan emosional. Ini dapat memperbanyak atau meningkatkan jumlah serangan epilepsi, seperti frustrasi, tegang, cemas, takut, atau eksitasi yang hebat".

Tak jarang pula serangan muncul tatkala penderita epilepsi dalam keadaan tidur. Justru banyak yang hanya muncul saat tidur, tetapi tidak pernah terjadi saat si penderita terjaga. Pada penderita yang serangannya dicetuskan oleh tidur, lebih sering terjadi sewaktu ia baru tertidur dan sewaktu ia akan terbangun. 

Pengaruh demam pada penderita epilepsi berbeda-beda. Ada yang justru meningkat sewaktu demam dan sebaliknya. Di sisi lain, ada pula serangan yang tidak dipengaruhi keadaan demam. 

"Yang mungkin belum banyak diketahui, cahaya yang berkedip-kedip bisa mencetuskan serangan epilepsi pada penderita tertentu." Pada kasus semacam ini, televisi menjadi benda yang harus dijauhi karena menimbulkan cahaya yang berkedip. Jika terpaksa harus menonton, ruangan hendaknya cukup terang agar kontras cahaya tidak terlalu kuat dan dengan jarak cukup jauh. 

PEMERIKSAAN EEG

Jika semua gejala yang timbul dicurigai sebagai serangan epilepsi, dokter umumnya akan menganjurkan pemeriksaan EEG (Elektroensefalografi). Alat EEG mampu merekam aktivitas listrik sel-sel syaraf di otak. Caranya dengan memasang beberapa kabel di kepala dan pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit. 

Gangguan fungsi sel-sel organ dapat tercermin pada perubahan-perubahan aktivitas listriknya. Biasanya rekaman EEG seorang penderita epilepsi menunjukkan gelombang yang abnormal, yaitu gelombang paku, gelombang paku ombak, atau gelombang tajam.

Jenis-jenis epilepsi mempunyai gelombang serta lokasi gelombang abnormal yang berbeda. 

Yang jelas, hasil pemeriksaan EEG ini akan sangat membantu dokter menentukan diagnosis yang tepat, "Sehingga penderita bisa diberi obat yang tepat pula." 

Yang penting diketahui orang tua, epilepsi tidak selalu mengakibatkan kemunduran kecerdasan pada penderita. "Tepatnya, bukan merupakan hubungan sebab akibat." 

Epilepsi jenis spasmus infantil bisa dikaitkan dengan kemunduran kecerdasan karena umumnya diakibatkan cedera otak yang luas. "Cedera otak bisa mengakibatnya keterbelakangan mental, bukan karena epilepsinya." 




diperoleh dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar