Jumat, 06 April 2012

Bahaya Mendengkur Saat Tidur

Banyak yang mengira mendengkur pertanda tidur nyenyak. Padahal mereka yang mendengkur setiap hari berisiko mengalami henti napas.

Menjaga stamina tubuh salah satunya dapat diraih melalui tidur yang berkualitas. Sayangnya, perkara ini acapkali dinilai sepele sehingga kualitas tidur cenderung terabaikan. 


Tidur memiliki banyak fungsi yang sangat penting untuk tubuh
Selain untuk beristirahat, tidur membantu pemindahan memori dari fase ingatan jangka pendek ke jangka panjang. Ketika kita tidur pun sel-sel tubuh terutama sel otak mengalami restorasi. Bahkan beberapa hormon akan keluar lebih banyak ketika kita tidur, terutama growth hormone.

Hormon pertumbuhan ini memang akan diproduksi secara maksimal ketika seseorang memiliki kualitas tidur yang baik. Buktinya, beberapa anak yang mengalami gangguan tidur seperti sleep apnea , ukuran tubuhnya cenderung lebih kecil dibanding anak-anak lain di usianya. 


Oleh karena itu, untuk mencapai tidur berkualitas, beri perhatian lebih pada gangguan-gangguan tidur yang biasanya diabaikan. Kemudian, tindak lanjuti gangguan tersebut dengan memperbaiki pola tidur dan menjaga kestabilan rongga pernapasan.

Bahaya Mendengkur

Tak banyak yang mengetahui bahwa mendengkur termasuk kebiasaan yang berbahaya. Banyak yang menganggapnya biasa-biasa saja, padahal perlu disadari bahwa mendengkur dapat menyebabkan kematian. 


Mendengkur terjadi karena otot di langit-langit mulut, lidah, dan tenggorokan, berelaksasi ketika kita tertidur. Hal ini menyebabkan jalan napas menjadi terhambat dan bergetar, sehingga timbul suara dengkuran.

Jika dilihat secara individu, pada dasarnya semua hal yang mempersempit jalan napas bagian atas itu bisa menjadi penyebab dengkuran. “Misalnya jika seseorang mengalami kelebihan berat badan sehingga banyak lemak yang menumpuk di leher. Itu mengakibatkan jalan napas menjadi sempit".  


Kebiasaan mendengkur juga dapat terjadi pada orang yang memiliki hidung bengkok, sering pilek, ukuran amandel yang besar, atau memiliki rahang yang terlalu kecil.

Namun yang perlu diingat, jika seseorang mendengkur hanya sesekali, berarti masih termasuk kategori normal. Dengkuran baru bisa menimbulkan bahaya jika disebabkan oleh Obstructive Sleep Apnea  (OSA) alias sumbatan napas berkali-kali yang terjadi ketika kita tidur. Sleep apnea sendiri  secara harfiah  berarti berhenti napas.


Sebagian besar penyebab gangguan tidur itu OSA. Sementara 95 persen penderita OSA, diketahui memiliki kebiasaan mendengkur.

Berhenti Napas Saat Tidur

Dengkuran tidak hanya membuat tidur tak nyenyak dan mengganggu pasangan. Dampaknya terhadap kesehatan pun ternyata tak kalah berbahaya. Apalagi dengkuran termasuk salah satu indikasi OSA. 


OSA terjadi ketika seseorang mengalami henti napas di bawah sepuluh detik berulang kali ketika sedang tidur. “Jika seseorang mendengkur, tersedak ketika tidur, merasa haus dan kering tenggorokan ketika bangun tidur, sakit kepala, serta merasa tetap lelah padahal sudah tidur cukup, bisa jadi itu sudah mengalami sleep apnea.

Dampak lanjut dari OSA ternyata cukup berbahaya yaitu dapat menyebabkan hipertensi, diabetes, serangan jantung, dan stroke. Pasalnya ketika jalan napas telah tersumbat total, seseorang akan henti napas dalam beberapa detik dan tekanan darah akan naik ketika ia berusaha menarik napas lagi. 


Tekanan darah yang tinggi ditengarai dapat merusak dinding pembuluh darah sehingga kolesterol dan kalsium tertarik dan membuat pembuluh menyempit. 

Meski demikian, mendengkur dapat sembuh jika diobati dengan tepat. Langkah pertama adalah menurunkan berat badan jika sebelumnya ia mengalami kegemukan. Selanjutnya dengan memeriksakan diri ke THT apabila memang sering mengalami sumbatan napas. 


“Jika dia mendengkurnya hanya ketika telentang, bisa juga dicoba dengan tidur miring".
Lain halnya jika OSA sudah masuk pada kategori berat. Langkah yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, seperti pemasangan CPAP (Continuous Positive Airway ) yaitu alat bantu yang dapat melancarkan napas atau melakukan operasi.

Mitos Seputar Gangguan Tidur

Selain OSA, sleep paralysis dan insomnia termasuk pada golongan gangguan tidur yang sering terjadi. Sayangnya, kedua gangguan tidur ini acapkali mengalami perubahan pengertian akibat mitos serta anggapan umum yang berkembang.

 Sleep Paralysis

Untuk orang awam, gangguan tidur ini lebih dikenal dengan istilah “ketindihan ”. Menurut kepercayaan masyarakat, ketindihan  terjadi saat makhluk halus menduduki kita yang sedang tidur sehingga kita sesak serta sulit bergerak. 


Padahal kondisi ketika seseorang bermimpi dan merasa sesak seperti ini disebabkan oleh bercampurnya fase tidur R.E.M dengan kondisi bangun. Ciri-cirinya dapat dilihat melalui gerakan mata dan gambaran otak yang cepat layaknya orang dalam kondisi bangun, namun tonus (tegangan) ototnya lemah.

Memang ketika sleep paralysis kita mengalami tonus otot yang paling lemah dibandingkan tahap-tahap tidur lainnya. Tujuannya baik, agar ketika bermimpi kita tidak ikut memeragakannya. Bayangkan jika kita mimpi lari atau lompat dan kita bisa menggerakan tubuh, itu justru akan bahaya.


Kesimpulannya, sleep paralysis  termasuk wajar jika terjadi hanya sesekali. Namun patut dipertanyakan jika kondisi ini terjadi lebih dari satu kali dalam seminggu. Kalau sudah terlampau sering, kita sudah harus mulai curiga dengan kondisi tidur. Sering terbangun ketika dalam fase R.E.M bisa jadi karena tidurnya terganggu oleh sleep apnea  tadi.

 Insomnia 

Anggapan yang salah adalah ketika seseorang yang sering lembur atau tidur larut disebut sebagai penderita insomnia. Padahal, insomnia adalah sebutan untuk seseorang yang diberi kesempatan tidur namun tak kunjung masuk pada siklus tidur.

Insomnia sendiri terdiri dari dua kategori, yaitu kronis dan tidak kronis. “Dapat dikatakan kronis jika terjadi terus selama lebih dari tiga bulan. Ini bisa disebabkan trauma dan berdampak depresi. Lain halnya jika seseorang merasa tertekan hingga tidak bisa tidur tapi keesokan harinya tenang-tenang saja, itu bukan insomnia.

Namun, insomnia tidak kronis dapat berubah menjadi kronis jika ditangani dengan salah. Misalnya jika banyak “membayar” tidur di siang hari karena malamnya tidak bisa tidur atau jika mengonsumsi obat tidur lebih dari dosis aman. Hal-hal yang demikian, pada akhirnya justru dapat memicu insomnia kronis. Dampak yang paling sering dirasakan dari insomnia adalah depresi dan mudah lelah. Selain itu insomnia pun dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Ciri-ciri Tidur Berkualitas

Tidur berkualitas dapat ditakar dari rasa segar tanpa kantuk saat Anda bangun tidur. Hal ini dapat diraih jika siklus tidur telah berjalan dengan mulus tanpa terkendala faktor apa pun. 


“Siklus tidur terbagi menjadi tidur tak dalam ketika kita mudah terbangun, tidur dalam atau nyenyak, dan Rapid Eye Movement yaitu tidur ketika kita bermimpi". 
Jika perbandingan waktu ketiganya seimbang, berarti tidur Anda sudah berkualitas.

Sedangkan dilihat dari kuantitas, setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda atas jumlah jam tidur. Umumnya kebutuhan dibagi berdasarkan usia, yaitu enam belas jam untuk bayi, delapan hingga sepuluh jam untuk anak-anak dan remaja, kemudian enam hingga delapan jam untuk dewasa.


Sementara jika sudah terganggu dengkuran, seseorang jadi mudah bangun gara-gara tersedak atau henti napas. Akibatnya siklus tidur tidak lancar. Hal ini mengakibatkan ia jarang mencapai siklus R.E.M dan lebih sering berada di siklus pertama tidur alias tidur tak dalam. Siklusnya tidak seimbang, tidurnya tidak berkualitas.


Selain jam tidur yang teratur, olahraga secara rutin pun dapat membantu menghasilkan tidur berkualitas. Tapi, hindari olahraga di malam hari karena kita butuh waktu empat jam untuk menurunkan adrenalin sampai dapat tidur nyenyak. Sementara pengonsumsian kafein sebaiknya dihindari dua belas jam sebelum tidur.




Diperoleh dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar