Melatih aktivitas buang air kecil (toilet training) membuat anak bisa mengontrol di mana dan kapan saat yang tepat. Namun,
jangan lupa, kita pun harus mengarahkannya agar tidak terlalu lama
menahan keinginan berkemih. Menahan yang terlalu lama akan berakibat
serius pada kandung kemih bahkan ginjalnya. Untuk itu, orang tua harus
mengenali pada kondisi apa anak cenderung menahan kencing terlalu lama.
ALASAN MENAHAN KENCING
Umumnya menahan kencing akan dilakukan jika anak mengalami pengaruh
psikologis, misalnya karena tidak mau kehilangan momen-momen yang
mengasyikkan saat sedang bermain. Penyebab lainnya bisa jadi gangguan
organik. Misalnya, ketika kencing anak merasa kesakitan.
"Yang sering terjadi, lubang kulup pada anak laki-laki terlalu
sempit, sehingga kencing tertahan di sana dan menimbulkan rasa sakit". Rasa sakit inilah yang mendorong anak menahan kencingnya.
Atau, bisa juga karena terjadi kelainan anatomi pada organ kemihnya.
Bila anak merasa sangat tidak nyaman, perih seperti tertusuk misalnya,
anak pun akan berusaha menghindari rasa sakit itu dengan cara menahan
aliran kencingnya. "Kelainan pada anatomi pun punya risiko tinggi untuk
menjadi infeksi saluran kemih."
AKIBAT KENCING DITAHAN
Akibat dari kebiasaan menahan kencing adalah
infeksi kandung kemih. Masalahnya, air kencing yang bertumpuk di kandung
kemih merupakan medium yang sangat baik untuk pertumbuhan kuman dan
bakteri. Ingat, air kemih mengandung sisa-sisa pembuangan yang bisa
mengandung apa saja yang mudah dihinggapi berbagai kuman.
Ketika terjadi infeksi, banyak hal yang bisa dirasakan anak, seperti
rasa perih di pangkal bagian dalam buah zakarnya, sakit perut,
mual-mual, sakit pinggang, dan sering kencing tapi kuantitasnya sedikit.
Atau mungkin saja gejala yang muncul mirip dengan gejala sakit lainnya,
seperti demam, pusing, dan lemas.
Kalau salah satu dari gejala pertama yang muncul, maka dokter dan
mungkin orang tua bisa langsung menebak kalau sedang terjadi
ketidakberesan dengan bagian kandung kemihnya. Namun kalau gejala yang
muncul berupa demam, pusing, atau lemas, bisa saja tidak ditemukan
indikator penyebabnya. Untuk itu diperlukan pemeriksaan air kencing di
laboratorium. "Dengan pemeriksaan air kencing dapat diketahui terjadi
infeksi atau tidak".
Infeksi pada kandung kemih harus segera diatasi. Bila tidak, kuman
dan bakterinya bisa naik ke ginjal melalui saluran ureter. Bisa saja
nantinya anak akan mengalami infeksi ginjal dan gagal ginjal. Apalagi
infeksi kandung kemih merupakan penyakit urutan kedua setelah infeksi
saluran pernapasan pada anak.
TERAPI DAN OPERATIF
Untuk mengatasi infeksi, tentu saja harus dilihat dulu penyebab dan
tingkat penyakitnya. Bila akibat terlalu sering menahan kencing,
kemudian infeksi hanya terjadi di kandung kemih, maka pengobatannya
cukup dengan minum obat yang diresepkan dokter. Selain itu, anak pun
dianjurkan banyak minum air putih agar pengeluaran air kemihnya lebih
lancar.
Tindakan yang lebih kompleks seperti operasi akan dilakukan jika
penyebab suka menahan kencing dan infeksinya adalah kelainan organik
yang umumnya dialami anak laki-laki. Bila lubang kulupnya terlalu kecil,
maka kulupnya akan dipotong, dengan kata lain disunat. Namun, bila
kelainan organiknya di daerah kandung kemih atau saluran kemih, biasanya
dokter akan melakukan tindakan operatif lebih dalam sambil memberikan
obat pendukung.
Untuk selanjutnya, orang tua harus mengarahkan anak agar mereka
teratur buang air kemih. Pendekatan psikologis sangat diperlukan agar ia
mengerti apa yang harus dilakukan. Soalnya, walau infeksi kandung
kemihnya sembuh, bila anak mengulangi lagi kebiasaan menahan kencing,
maka infeksi bisa terjadi lagi. Apalagi, anak yang memang berbakat
menderita kencing batu, kemungkinannya mengalami infeksi akan lebih
besar. Bakat ini bisa diduga bila orang tua atau kakek-neneknya sering
mengalami kencing batu.
Orang tua pun harus mengajarkan anak untuk selalu membersihkan organ
kelaminnya secara benar. Ketika pup misalnya, cara mencebok yang benar
adalah dari arah depan ke belakang. Bila caranya salah, dari belakang ke
depan, maka bakteri dan kuman mudah masuk ke daerah vagina dan
berkesempatan masuk ke dalam saluran kemih. Infeksi kandung kemih
terutama sering terjadi pada perempuan. Pada bayi baru lahir, infeksi
kandung kemih terjadi karena ia menderita infeksi pada darah atau
sepsis.
Untuk mencegah berulangnya penyakit ini, orang tua perlu
memperhatikan kebersihan dan kesehatan kelamin anak. Pakailah air yang
bersih ketika membasuh kelamin anak, dan minta anak untuk tidak menahan
kencing, kemudian latihlah ia melakukan toilet training.
MAKANAN PENYEBAB INFEKSI
Faktor makanan, sebenarnya tidak terlalu berpengaruh terhadap infeksi kandung kemih.
Namun, bila anak terlalu sering menahan kencing tanpa diimbangi minum
air putih yang cukup dan porsi makanan manisnya jauh lebih banyak, maka
biasanya infeksi lebih mudah terjadi.
Prosesnya, zat manis dari minuman
atau makanan lambat laun menimbun di kandung kemih yang akhirnya
membentuk karang batu. Karang batu ini menghalangi keluarnya air kemih,
sehingga muncullah infeksi.
Begitu juga dengan anak yang sering mengonsumsi jengkol bersama
keluarganya. Asam jengkolat yang dikandung jengkol bisa menimbulkan
timbunan dalam kandung kemih. Tandanya adalah rasa anyang-anyangan.
Orang awam menyebutnya dengan kejengkolan.
Untuk mengatasinya, berikan
air putih lebih banyak. Bila tidak kunjung sembuh, segera bawa anak ke
dokter. "Keterlambatan penanganan kejengkolan ini bisa menimbulkan
akibat yang lebih serius, gagal ginjal misalnya".
WASPADAI INKONTINENSIA
Sebaliknya, ada anak-anak yang malah tidak bisa menahan kencing.
Ketidakmampuan ini, salah satu faktornya karena gangguan psikologis.
Mungkin anak sering mengalami kecemasan, ketakutan, kesedihan yang
berlebih sehingga kemampuan menahan kencingnya terganggu. "Mereka sering
mengompol atau kencing sembarangan".
Bila hal ini dialami anak usia 1-3 tahun tentunya masih bisa
ditolerir. Anak usia ini, kan, masih berada dalam periode kritis, yakni
kemampuan mengontrol kandung kemihnya masih lemah.
Namun, bila lebih
dari usia itu anak masih tetap mengompol atau kencing sembarangan, orang
tua mesti waspada. Mungkin saja anak mengalami inkontinensia atau
ketidakmampuan mengontrol keluarnya air kencing dan tinja.
"Inkontinensia lebih banyak dialami oleh anak perempuan."
Masalah inkontinensia, selain disebabkan faktor psikologis, juga bisa
disebabkan diare terus-menerus yang bukan karena infeksi, tetapi karena
efek samping pengobatan antibiotika ataupun zat besi. Penyebab lainnya
antara lain cedera pada sumsum tulang belakang yang mempengaruhi gerakan
usus, kelainan pada dubur karena adanya tumor, dan kecacatan fisik yang
berat. Atau, bisa juga disebabkan infeksi saluran kemih yang berat
sehingga anak jadi sering kencing berceceran.
Berikutnya disebabkan
sumbatan dari pembesaran kelenjar prostat yang menyebabkan terkumpulnya
urin sehingga terjadi aliran urin yang tidak terkontrol karena terlalu
penuh, kanker kandung kemih, tuberkulosa, dan masalah perilaku anak.
Penanganan yang diperlukan antara lain pengobatan biasa dan
pembedahan bila ada sumbatan akibat tumor. Pada kasus yang berat, bisa
saja dilakukan pemeriksaan sinar-X dan tes-tes lain yang bisa dilakukan
oleh ahli saluran kemih (urolog) dan usus (koloproktolog).
Sedangkan
pada anak yang yang sering mengompol, terutama di siang hari, perlu
pertolongan psikolog untuk mengatasinya. Pendekatan yang simpatik bisa
dilakukan dengan pertolongan psikolog. Bukan malah membentak,
marah-marah, apalagi memberi hukuman ke anak. "Tindakan seperti ini
malah akan memperbesar kecemasannya, sehinnga ia makin sulit keluar dari
masalah".
Setelah melakukan pendekatan sambil memberikan motivasi, latih anak
untuk menahan kencing. Latihan ini berguna untuk membantu kandung kemih
menampung urin lebih banyak, memperkuat otot sfingter (otot yang
membuka-tutup aliran kencing), serta menyadarkan anak akan sinyal
kandung kemihnya.
Latihan ini dilakukan dengan cara meningkatkan masukan cairan.
Misalnya, minum 1 gelas lebih banyak untuk setiap kali minum, menahan
kencing lebih lama, setiap hari 2 menit lebih lama sampai maksimal 30
menit, beberapa kali menghentikan aliran kencing untuk menguatkan otot
sfingter. Agar lebih jelas, bisa berkonsultasi dengan ahlinya, bisa
dokter atau psikolog.
Kemudian mintalah anak untuk membuat catatan setiap kali dia dia
berhasil tidak mengompol. Lakukan dengan menandai kalender dengan stiker
menarik supaya si anak punya motivasi lebih kuat. Selanjutnya ajarkan
anak setiap kali naik ke tempat tidur untuk menenangkan pikiran, menutup
mata dan membayangkan sejelas mungkin tentang perasaan ingin kencing,
yang kemudian disusul dengan bangun, turun dari tempat tidur, lalu masuk
ke kamar mandi untuk mengeluarkan kencingnya. Setelah melakukan hal di
atas, minta anak untuk meyakinkan diri bahwa dia tidak akan ngompol
lagi.
Diperoleh dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar